Jumat, 31 Agustus 2012

Keajaiban di Balik Menyempurnakan Wudlu


Kebanyakan orang berwudlu hanya menjadi rutinitas harian. Membasuh sana-sini dan selesai. Begitu seterusnya. Bahkan kadang tanpa memperhatikan sejauh mana air sudah mengenai anggota wudlunya, dilakukan terburu-buru dan tanpa memperhatikan kesempurnaannya. Namun demikian, kesempurnaan wudlu tidak identik dengan “menghabiskan” banyak air sebab Rasulullah mencontohkan untuk “sederhana” dalam menggunakan air ketika berwudlu.

Wudlu merupakan ibadah membersihkan diri secara fisik dari hadats (najis hukmi) kecil. Tanpanya, shalat tidak akan sah karena ia syarat. Sesuai dengan namanya, wudlu artinya baik dan bersih. Karenanya, ia mesti dilakoni dengan khusuk, hikmat, penuh penghayatan, kesadaran dan tentu harus sesuai dengan tuntutan Rasulullah. Dengan begitu seorang muslim akan menemukan kelezatan ruh, memetik makna-makna agung di dalamnya. Sehingga kebersihan lahir dan batin bisa diperoleh seorang Muslim, karena tujuan utama wudhu adalah bersuci.

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, …. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.” (Al-Maidah: 6)

Islam menganjurkan agar seorang Muslim senantiasa menjaga kesucian sebagai tanda keimanan. Rasulullah saw, “Tidaklah menjaga wudhu kecuali seorang mukmin,” (Silsilah Shahihah, al-Albani). dan Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (At-Taubah: 108)

Sebagai bukti kecintaan-Nya, Allah menghapus kesalahan yang pernah diperbuat. Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa berwudlu dengan benar, maka kesalahan-kesalahannya keluar dari tubuhnya, bahkan keluar dari bawah kuku-kukunya,” (HR. Muslim). Lebih dari itu, bekas wudlu seseorang akan terus melekat sampai hari kiamat. “Sesungguhnya umatku dipanggil hari kiamat nanti dalam kondisi putih bersinar karena bekas wudlu. Barangsiapa siapa yang mampu maka hendaklah ia memperluas sinar putihnya (dengan menambah basuhan anggota wudlu) maka hendaklah ia lakukan,” (Muttafaq Alaih)

Wudlu adalah ibadah yang tersimpan energi menyehatkan (ilustrasi-inet)

Aktifitas wudhu identik dengan kebersihan. Kebersihan identik dengan kesehatan. Wudhu berdampak banyak kepada kesehatan manusia. Dari kesehatan kulit hingga kesehatan emosional. Sudah barang tentu setiap perintah Allah di dalamnya mengandung hikmah dan rahasia. Apalagi wudlu yang sangat sering dilakukan seorang Muslim. Dari sejumlah penelitian ditemukan bahwa wudhu memiliki sejumlah manfaat kesehatan bagi manusia.

Membunuh Kuman dengan Membersihkan Hidung

Tim dokter Universitas Iskandariah mengeluarkan hasil penelitian bahwa mereka yang rutin membersihkan hidung maka hidung mereka jauh dari kuman dan mikroba. Penelitian dilakukan pada orang yang rutin berwudlu dan mereka tidak melakukannya dengan menggunakan penyemaian tanaman mikroba di hidung seseorang. Hasilnya, penyemaian tanaman mikroba pada mereka yang rutin berwudlu tidak ditemukan tanaman mikroba satupun. Berbeda mereka yang tidak berwudlu dimana penyemaian penuh dengan berbagai jenis mikroba dengan jumlah besar.

Bahkan jenis melingkar dan bercabang yang sangat rumit dan menular dengan cepat. Termasuk mikroba yang menyebabkan keracunan jika mikroba berbahaya itu bagi kebersihan hidung. Dalam medis THT, jika mikroba menyerang hidung maka akan berdampak kepada telinga. Bahkan masuk ke usus dan pencernaan dan menyebabkan infeksi dan radang. Apalagi jika masuk ke peredaran darah. Karenanya dalam wudlu disyariatkan membersihkan hidung dengan air sebanyak tiga kali.

Menjaga Kesehatan Rongga Mulut dengan Berkumur

Berkumur terbukti mampu menjaga rongga mulut dan gusi dari infeksi dan pembengkakan. Juga menjaga gigi dari keropos karena sisa-sisa makanan dibersihkan. Secara medis terbukti bahwa 70 persen mereka yang kehilangan gigi, jika mereka mau menjaga kebersihan mulut maka itu tidak akan terjadi sebelum waktunya. Jika tidak dibersihkan zat cair seperti nanah dan busuk akan disedot oleh liur dan makanan ke dalam percernaan dan mengalir ke darah. Selanjutnya akan disebarkan ke seluruh tubuh yang menyebabkan banyak penyakit.

Bahkan berkumur memberikan efek positif dan meredakan ketegangan psikis dan pikiran. Berkumur terbukti memperkuat otot-otot wajah sehingga tampak ceriah dan tidak tegang.

Ketika melakukan aktifitas harian, manusia tidak akan bisa menghindar dari debu atau jasad renik baik yang kelihatan atau tidak. Terutama yang mengenai anggota badan yang terbuka seperti muka, tangan dan kaki. Debu dan jasad renik itu mengandung banyak kuman. Pembersihan secara rutin oleh air adalah cara paling efektif untuk membunuh atau menghilangkan kuman-kuman tersebut. Rukun wudlu ini juga berfungsi membersihkan kulit dari zat-zat minyak dan keringat yang keluar dari pori-pori kulit.

Secara ilmiah, mikroba hanya menyerang kulit mausia yang tidak bersih. Jika dalam jangka waktu lama kulit manusia tidak dibersihkan maka keringat, minyak dan debu yang menempel di permukaan kulit dan menimbulkan gatal-gatal. Jika digaruk dengan kuku yang tidak bersih maka akan memudahkan kuman masih ke pori-pori kulit.

Dengan mikroskop para ahli menemukan bahwa bakteri akan menyerang kulit manusia yang peduli dengan kebersihan. Dalam penelitian lebih lanjut, kulit dua tangan manusia membawa banyak mikroba yang bisa berpindah ke mulut atau hidung ketika membersihkannya. Karenanya, ketika memulai wudlu tangan harus dibersihkan dengan baik, bahkan harus sela-sela jari harus dibersihkan dengan baik. “Jika salah satu dari kalian bangun tidur, maka janganlah ia mencelupkan tangannya ke bejana sehingga ia mencucinya tiga kali,”. (HR. Muslim)

Selain itu peredaran darah di anggota tubuh yang jauh dari jantung seperti ujung tangan dan kaki sangat lemah. Sehingga anggota itu harus dipijit sambil membasuhnya seperti yang dilakukan Rasulullah.

Sinar matahari terutama sinar ultraviolet berpengaruh menciptakan kanker di kulit. Pengaruh ini akan hilang jika seseorang rutin melakukan wudlu karena kulit selalu dijaga kelembabannya. Terutama kulit yang terkena langsung sinar matahari. Sementara pijatan pada saat berwudlu, pada saat membasuh kaki, menyela-nyela jari kaki dan tangan memberikan efek relaksasi ke seluruh tubuh. Sebab tangan dan kaki adalah pusat titik refleksi tubuh seseorang.

Dr. Ahmad Syauqi Ibrahim, anggota Lembaga Medis Kerajaan di London dan ahli penyakit dalam dan jantung mengatakan bahwa para ahli sepakat bahwa timpahan cahaya ke air ketika berwudlu akan menyebabkan munculnya ion-ion positif dan mengurangi ion-ion negatif. Sehingga urat-urat akan kendur dan tubuh akan terbebas dari tekanan darah tinggi dan kondisi depresi. Seorang ilmuwan Amerika bahwa air memiliki kekuatan magic. Bahkan semprotan air ke muka dan dua tangan – berwudlu – adalah cara terbaik untuk melenturkan urat syaraf dan menghilangkan ketegangan.” (Majalah Islah, edisi 296/ 1994)

Sebelum ahli menyatakan hal ini, 1400 abad yang lalu Rasulullah sudah menegaskan, “Jika salah seorang di antara kalian marah maka hendaklah ia berwudlu. Karena marah itu dari api,” Riwayat lain “Sesungguhnya marah itu dari setan dan setan itu diciptakan dari api dan api itu padam oleh air. Maka jika kalian marah hendaklah ia berwudlu,” (HR. Daud). Karenanya, Rasulullah orang paling santun, tenang dan paling mampu menahan diri.

Kejadian aneh di Inggris

Tahun 1963 di Inggris, tepatnya di kota Dandy terjadi wabah penyakit tifus secara massiv sehingga masyarakat gusar. Semua energi mereka kerahkan untuk menghentikan wabah ini. Pada akhirnya ahli sepakat untuk mempublikasikan peringatakan di berbagai media agar warga tidak menggunakan kertas tisu di toilet dan WC dan menggantinya dengan air untuk membersihkan sisa kotoran di tubuh.

Benar saja, wabah tifus berhasil dihentikan. Sejak saat itulah warga menggunakan cara baru dalam bersuci dengan air setelah selama ini menggunakan tisu. Apa yang mereka katakana jika mengetahui bahwa kaum Muslimin sudah melakukannya sejak lebih dari 1400 tahun lalu. Ini bukan karena tifus yang menyebar, tapi karena Pencipta tifus lah yang menciptakan kesehatan dan kesembuhan, kemudian kaum Muslimin mengatakan “kami dengar dan kami taat” (m-quran/kaheel/atb)

  Sumber : Foto Dinding Facebook FP Strawberry

Selasa, 28 Agustus 2012

Empat Karakter Manusia dalam Alquran


Oleh : Ina Salma Febriani

Allah telah menggambarkan proses penciptaan manusia secara rinci dalam QS Al-Mukminun ayat 12-14, yang dijelaskan pula dalam ilmu sains.

Dalam sains, manusia adalah makhluk yang tubuhnya terdiri dari sel—yakni bagian terkecil dari makhluk hidup.

Jaringan sekumpulan sel-sel yang serupa bentuk, besar dan pekerjaannya yang terikat menjadi satu disebut organ.

Tubuh manusia pun terdiri dari sistem, yakni sistem otot (muskularis), sistem syaraf (neruosa), sistem kelenjar (endokrin), sistem pencernaan (digestivus), sistem metabolisme, sistem cairan tubuh dan darah, sistem jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler), sistem pernafasan (respiratorius), sistem perkemihan (urinarius), sistem reproduksi, sistem kulit (integument) dan sistem pengindraan.

Tiap-tiap jenis sel secara khusus beradaptasi untuk melakukan fungsi tertentu.

Misalnya, sel darah merah berjumlah 25 triliun mentransfer oksigen dari paru-paru ke jaringan.

Terdapat 50 triliun sel yang lain dan jumlah sel dalam tubuh diperkirakan 75 triliun.

Umur kehidupan sel berbeda-beda misalnya leukosit granular yang dapat hidup selama manusia hidup. Sedangkan eritrosit hanya mampu hidup sampai 14 hari.

Disamping kedahsyatan penciptaan manusia dan struktur yang ada dalam tubuhnya, manusia juga “dianugerahi” beberapa karakter buruk yang jika tidak diobati, maka akan merugikan manusia itu sendiri.

Beberapa karakter buruk manusia yang disebut dalam Alquran adalah: Pertama, mengeluh dan kikir.

"Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.
" (QS. Al-Ma’arij: 19).

Disadari maupun tidak, mengeluh adalah sifat dasar manusia yang timbul saat ia tertimpa masalah atau dalam kesempitan.

Sedangkan kikir yang dalam bahasa Arab disebut bakhil, secara detail Allah uraikan dalam QS. Al-Israa’: 100. “... Dan adalah manusia itu sangat kikir.”

Oleh sebab itu, Rasulullah SAW menganjurkan agar kita selalu berdoa, “Allahumma inni a’udzubika minal bukhli (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari sifat kikir).”

Kedua, lemah. Dalam Alquran, Allah mendeskripsikan dua kelemahan manusia, yaitu lemah secara fisik dan lemah (dalam melawan) hawa nafsu buruk. “Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah...” (QS. Ar-Rum: 54).

“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.” (QS. An-Nisaa’: 28). Menurut Syekh Nawawi Al-Bantany, tafsir “lemah” dalam Surah An-Nisaa’ itu adalah lemah dalam melawan hawa nafsu.

Ketiga, zalim dan bodoh. “... sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (QS. Al-Ahzab: 72). Kezaliman dan kebodohan manusia dalam ayat di atas disebabkan karena rusak dan kotornya bumi, karena pertumpahan darah dan ulah manusia itu sendiri yang tidak merawat bumi dan seisinya sesuai dengan ketentuan Allah.

Keempat, tidak adil. Berlaku adil adalah tindakan yang terkadang kurang mudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kaum Madyan yang tidak berlaku adil, akhirnya diazab oleh Allah, seperti dalam firman-Nya, “Dan Syu'aib berkata, ‘Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan.” (QS. Hud: 85).

Betapa pun sulitnya menghindari tabiat yang sudah Allah lekatkan dalam diri manusia, dengan bertobat dan terus berdoa kepada-Nya, niscaya Allah meminimalkan karakter buruk tersebut dari dalam diri kita.

Serta memenuhi hati kita dengan cahaya iman dan hidayah untuk semangat dalam beribadah. Amin.

10 MANFAAT TERSENYUM


Senyum adalah ibadah, senyumu untuk saudaramu adalah sedekah. Menjalani sesuatu dgn senyum selain bermanfaat jg baik buat hubungan dgn sekitar, karna senyum adalah jarak yg paling dekat antara dua manusia. selain itu senyum berdampak positif jg buat kesehatan tubuh kita.

1) Senyum Membuat Anda Lebih Menarik...
Orang yg banyak tersenyum memiliki daya tarik. Orang yg suka tersenyum membuat perasaan orang yg disekitarnya nyaman & senang. Orang yg selalu merengut, cemberut, mengerutkan kening & menyeringai membuat orang2 disekeliling tidak nyaman.

2) Senyum Mengubah Perasaan...
Jika anda sedang sedih, cobalah tersenyum. Senyuman akan membuat perasaan menjadi lebih baik. Menurut penelitian, senyum bisa memperdayai tubuh sehingga perasaan bisa berubah.

3) Senyum Bisa Menular...
Ketika seseorang tersenyum, ia akan membuat suasana menjadi riang. Orang disekitar anda pasti akan ikut tersenyum dan merasa lebih bahagia.

4) Senyum Menghilangkan Stres...
Stres bisa terlihat di wajah. Senyuman bisa menghilangkan mimik lelah, bosan, dan sedih. ketika anda stres, ambil waktu untuk tersenyum. Senyuman akan mengurangi stres dan membuat pikiran lebih jernih.

5) Senyum Meningkatkan Imunitas...
Senyum membuat sistem imun bekerja lebih baik. Fungsi imun tubuh bekerja maksimal saat seseorang merasa rileks. Menurut penelitian, Flu dan batuk bisa hilang dgn senyum.

6) Senyum Menurunkan Tekanan Darah...
Tidak percaya ???
Coba anda mencatat takanan darah saat anda tidak tersenyum dan catat lagi tekanan darah saat tersenyum saat anda diperiksa. Tekanan darah saat anda tersenyum pasti lebih rendah.

7) Senyum Melepas Endorphin, Pemati rasa Alamiah dan Serotonin
Senyum ibarat obat alami, Senyum bisa menghasilkan endorphin, Pemati rasa alamiah dan serotonin. Ketiganya adalah hormon yg bisa mengendalikan rasa sakit.

8) Senyum Membuat Awet Muda...
Senyuman menggerakkan banyak otot, akibatnya otot wajah terlatih sehingga anda tidak perlu melakukan face lift. Dijamin dgn banyak tersenyum anda akan terlihat lebih awet muda. Tp, jangan keseringan senyum2 sendiri lho yaa...., ntar bisa dikirain ????? hehehehe...

9) Senyum Membuat Anda Kelihatan Sukses...
Orang yg tersenyum terlihat lebih percaya diri, terkenal dan bisa diandalkan. Pasang senyum saat rapat atau bertemu dgn klien. Pasti kolega anda akan melihat anda lebih baik.

10) Senyum Membuat Orang Berfikir Positif...
Coba lakukan ini:
Pikirkan hal buruk sambil tersenyum! Pasti susah. Penyebabnya, ketika anda tersenyum, tubuh mengirim sinyal "hidup adalah baik" Sehingga saat tersenyum, tubuh menerimanya sebagai anugrah

---- TERSENYUMLAH & DUNIA AKAN TAMPAK LEBIH INDAH --

Sumber : Foto Dinding FP Facebook Strawberry

Jujur dan Munafik

JUJUR adalah ciri khas dari orang yg benar2 beriman.
Mereka akan mempertahankan sifat jujur ini,
bagi mereka BERBOHONG itu adalah sesuatu hal yg tabu (asing).
Sedangkan ciri orang munafik seperti yg disebutkan Nabi Saw. yaitu bohong, ingkar dan khianat.

Sifat2 munafik tsb tidak mungkin bercampur dalam diri orang yang sungguh benar2 beriman, ibarat MINYAK & AIR tidak mungkin dapat menyatu dalam satu tempat.

Membersihkan Hati dengan Taubat


Segala puji bagi Allah Subhanahu wata’alla Yang Maha Halus yang dengan kehalusan -Nya segala bencana akan sirna, Yang Maha Penyantun yang dengan kasih sayang -Nya segala nikmat dan kebaikan tercurah, dan dengan prasangka yang baik kepada -Nya segala kebaikan terjadi, dan dengan berserah diri kepada Allah Subhanahu wata’alla segala kejahatan tersingkap, di antara orang yang berserah diri kepada Allah Subhanahu wata’alla adalah;

قال الله تعالى: ﴿الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُواْ لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَاناً وَقَالُواْ حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ * فَانقَلَبُواْ بِنِعْمَةٍ مِّنَ اللهِ وَفَضْلٍ لَّمْ يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ وَاتَّبَعُواْ رِضْوَانَ اللهِ وَاللهُ ذُو فَضْلٍ عَظِيمٍ﴾

(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung." Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (QS. Ali Imron: 173-174).

Aku memuji Allah Subhanahu wata’alla Yang Maha Suci. Pujianku kepada Allah Subhanahu wata’alla terhadap nikmat -Nya. Sebab dengan menjalankan perintah -Nya dan menjauhi larangan -Nya hati akan berjalan menggapai berbagai ilmu dan kebaikan, aku bersyukur kepada Allah Subhanahu wata’alla karena diriku yang berserah diri kepada -Nya dengan sebaik-baik kepasrahan guna menghancurkan setiap godaan setan yang membangkang. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah Subhanahu wata’alla, Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya, pada segala sesuatu terdapat tanda-tanda yang menegaskan bahwa Dia Maha Esa.

قال الله تعالى: ﴿مَا يَكُونُ مِن نَّجْوَى ثَلَاثَةٍ إِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ وَلَا خَمْسَةٍ إِلَّا هُوَ سَادِسُهُمْ وَلَا أَدْنَى مِن ذَلِكَ وَلَا أَكْثَرَ إِلَّا هُوَ مَعَهُمْ أَيْنَ مَا كَانُوا ثُمَّ يُنَبِّئُهُم بِمَا عَمِلُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّ اللهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ﴾

“Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah yang keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang melainkan Dia-lah yang keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara (jumlah) yang kurang dari itu atau lebih banyak melainkan Dia ada bersama mereka di mana pun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitakan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Mujadilah: 7.)

Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya, yang memiliki keturunan yang mulia yang menyebarkan aturan-aturan yang baik dalam meraih berbagai kebaikan, di mana bulan terpecah untuk membuktikan kebenaran risalahnya, benda-benda padat rindu kepada pribadinya, kerikil-kerikil kecil terdengar bertasbih pada telapak tangannya dan manusia ini memahami segala ucapannya, sungguh banyak mukjizat dan karomah yang dimilikinya.

Ya Allah curahkanlah shalawat dan salam kepada hamba dan Rasul -Mu Muhammad Shalallahu,alaihi wa sallam, dan kepada para keluarga dan para shahabat beliau yang suci:

قال الله تعالى: ﴿الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ﴾

“…itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat -Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan lah mereka bertawakal”.(QS. Al-Anfal: 2).

Amma Ba’du. Wahai sekalian manusia bertaqwalah kepada Allah Subhanahu wata’alla dengan sebenar-benar taqwa dan ikatlah diri kalian pada ajaran Islam dengan ikatan yang kuat:

قال الله تعالى: ﴿وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ * الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاء وَالضَّرَّاء وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ﴾

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnyadan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan. (QS. Ali Imron: 133-134).

Wahai sekalian para hamba Allah! Sifat tamak telah dikalahkan jiwa sehingga membuatnya binasa, sementara hati telah dikuasai oleh dosa-dosa sehingga membuatnya menjadi menghitam, bersihkanlah kegelapan ini dengan bertaubat kepada Allah Subhanahu wata’alla, taubat adalah pelita hati, bukalah pintu-pintu rahmat Allah dengan beristighfar kepada Allah Subhanahu wata’alla, sebab Dia lah Yang Maha Mengetahui dan Maha Membuka jalan kebaikan, renungkanlah firman Allah:

قال الله تعالى: ﴿وَيُنَجِّي اللهُ الَّذِينَ اتَّقَوا بِمَفَازَتِهِمْ لَا يَمَسُّهُمُ السُّوءُ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ﴾

Dan Allah menyelamatkan orang-orang yang bertakwa karena kemenangan mereka, mereka tiada disentuh oleh azab (neraka dan tidak pula) mereka berduka cita. (QS. Al-Zumar: 61).

Dan renungkanlah sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, “Celakalah orang yang mengahambakan dirinya pada uang dinar, celaka orang yang menghambakan dirinya pada uang dirham, celaka orang yang menghambakan dirinya pada pakaian beludru, celaka orang yang menghambakan dirinya pada kain halus (khamisah) jika diberi dia senang namun jika tidak diberi maka dia marah, celaka dan binasa, jika ia tertimpa musibah (tertusuk duria) maka tidak ada seorangpun yang menolongnya, dan beruntunglah seorang hamba yang mengambil kendali kudanya, rambutnya kusut dan kusam, kedua kakinya berlumpur, jika ditempatkan pada bagian penjagaan maka dia tetap menjalankan tugasnya dalam urusan penjagaan dan jika dia ditempatkan pada bagian belakang tentara maka dia menempatkan diri pada bagian belakang, jika dia meminta bantuan pertolongan dia tidak diberikan dan jika meminta izin maka dia tidak diizinkan”. HR. Bukhari.

Wahai sekalian manusia!. Sesungguhnya kalian tidak dituntut untuk meninggalkan dunia selamanya, sebab hal ini tidak mungkin, namun kalian hanya dituntut agar berlaku adil dalam menuntut dunia, di mana kalian meraihnya dengan cara yang mubah, tidak memalingkan kalian dari berzikir kepada Allah Subhanahu wata’alla dan taat kepada -Nya. Tidak memalingkan kalian dari perintah Allah Subhanahu wata’alla dan jalan -Nya, akan tetapi kalian dianjurkan mencari rizki dengan cara yang telah diperintahkan oleh Allah Subhanahu wata’alla, yaitu berlaku jujur saat bergaul, menunaikan amanah, memberikan nasehat kepada manusia dan ikhlas semata-mata karena Allah Subhanahu wata’alla, dengannya kalian akan meraih kemenangan dunia dan akherat, dan renungkalah bagaimana akibat orang yang hanya ingin meraih dunia semata, bagaimanakah kesudahan mereka?. Renungkanlah firman Allah Subahanahu Wa Ta’ala:

قال الله تعالى: ﴿مَن كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لاَ يُبْخَسُونَ * أُوْلَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ إِلاَّ النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُواْ فِيهَا وَبَاطِلٌ مَّا كَانُواْ يَعْمَلُونَ﴾

Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan?. (QS. Hud: 15-16).

Dan renungkanlah akibat dan balasan orang yang mencari dunia di samping menuntut kebaikan di akherat kelak, tidak meremehkan salah satu dari kebahagaiaan dunia dan akherat. Allah Subahanahu Wa Ta’ala berfirman:

قال الله تعالى: ﴿مَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الْآخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ وَمَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِن نَّصِيبٍ﴾

Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagian pun di akhirat. (QS. Al-Syura: 20).

Wahai hamba Allah Subhanahu wata’alla bertaqwalah kepada–Nya perbaikilah kerusakan amal dan hati kalian niscaya Allah memperbaiki keadaan kalian semua, sayangilah orang-orang yang lemah niscaya Allah Subhanahu wata’alla mengangkat derajat kalian, hiburlah orang yang fakir dan miskin niscaya Allah Subhanahu wata’alla meluaskan rizki kalian, cegahlah perbuatan maksiat orang-orang yang bodoh niscaya Allah Subhanahu wata’alla memberikan keberkahan pada amal kalian, barangsiapa yang menyayangi orang lain niscaya dia akan dikasih sayangi, barangsiapa yang berbuat zalim kepada orang lain maka dia akan dizalimi, sesungguhnya Allah Subhanahu wata’alla menangguhkan balasan amal seseorang dan tidak meremehkannya dan barangsiapa yang menyia-nyiakan ketaatan maka akan menyesal dan penyesalan tidak akan memberikan manafaat apapun. Orang yang berniaga dengan amal shaleh maka dia pasti beruntung dan menang dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah Subhanahu wata’alla dalam keadaan rahasia dan terang-terngan maka dia dijaga dan selamat, dan Allah Subhanahu wata’alla bersama orang-orang yang jujur, jauhilah sikap melampaui batas, permusuhan, dengki dan hasad (Orang muslim yang sebenarnya adalah orang muslim yang lain merasa aman dari kejahatan lisan dan tangannya).

Ketahuilah bahwa orang yang dengki tidak pernah bisa meminpin, dia tidak mendapatkan dari hasadnya kecuali keresahan, kecemasan kebimbangan, siapakah yang mampu menghalangi nikmat Allah Subhanahu wata’alla yang telah ditetapkan bagi seseorang hamba? Dan siapakah yang menghalangi pemberian Allah Subhanahu wata’alla yang telah dibagi -Nya sesuai dengan kehendaki -Nya, yakinlah bahwa bejana itu akan mengeluarkan apa yang disimpannya, barangsiapa yang menggali lubang bagi saudaranya maka dia akan terperosok padanya, barangsiapa yang dijaga oleh Allah Subhanahu wata’alla maka dialah yang tertolong, dan barangsiapa yang diliputi oleh rahmat Allah Subhanahu wata’alla maka dialah orang yang terhibur dan setiap pelaku kebaikan dan keburukan akan mendapat balasannya masing-masing.

Semoga Allah Subhanahu wata’alla memberikan keberkahannya bagiku dan bagi kalian semua di dalam Al-Qur’an yang mulia, dan Allah Subhanahu wata’alla memberikan manfaat bagiku dan bagi kalian dengan ayat-ayat Allah Yang Maha Bijaksana yang tertera di dalamnya. Hanya inilah yang bisa aku katakan dan aku memohon ampunan bagi diriku dan bagi kalian serta seluruh kaum muslimin kepada Allah Subhanahu wata’alla yang Maha Mulia dari segala dosa. Mohonlah ampun kepada -Nya dan bertaubatlah kepada -Nya, sebab Dia adalah Zat Yang Pengampun lagi Maha Penyayang.

Khutbah kedua

Segala puji bagi Allah Subhanahu wata’alla, Tuhan Yang menjadi raja dan Maha Pemberi, Yang Maha Penyayang dan Maha menerima taubat, yang telah menciptakan seluruh manusia dari tanah, dan memberikan kepada mereka apa yang menjadi penopang bagi mereka dalam menunaikan amanah berupa akal pikiran. Aku bersaksi tanpa ragu bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah Subhanahu wata’alla yang Maha Esa tiada sekutu bagi -Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhamad adalah hamba dan utusan-Nya yang telah menurunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk dan peringatan bagi orang yang memiliki akal pikiran, semoga Allah Subhanahu wata’alla mencurahkan shalawat dan salam kepada para shahabat dan keluarganya dan orang-orang yang mengikuti beliau dengan kebaikan sampai hari kiamat.

Amma Ba’du. Wahai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Allah Subhanahu wata’alla dan bertaubatlah kepada Nya, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan mensucikan dirinya. Mintalah ampunan Allah Subhanahu wata’alla dari segala dosa-dosa kalian sesungguhnya Allah Subhanahu wata’alla sebaik-baik yang menerima taubat. Bertaubatlah kepada Tuhanmu dengan penuh keikhlasan dengan meninggalkan segala kemaksiatan dan menyesal dengan perbuatan tersebut dan bertekad untuk tidak kembali melakukan kemaksiatan, inilah taubuat nasuha yang diperintahkan:

قال الله تعالى: ﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ﴾

Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. (QS. Al-Tahrim: 8).

Bukanlah bertaubat jika seseorang berkata aku bertaubat kepada Allah Subhanahu wata’alla atau hanya berkata ya Allah berikanlah taubat kepadaku sementara dirinya masih tetap tenggelam dalam kemaksiatan, dan bukan termasuk taubat jika seseorang hanya berkata bahwa dia telah bertaubat namun perilakunya masih meremehkan kemaksiatan, dan tidak termasuk taubat orang yang hanya berkata taubat kepada Allah namun dirinya masih tetap kembali kepada perbuatan maksiat dan menyalahi perintah Allah Subhanahu wata’alla.

Wahai sekalian manusia bertaubatlah kepada Allah Subhanahu wata’alla sebelum pintu taubat tertutup dari kalian, sesungguhnya Allah Subhanahu wata’alla masih menerima taubat seseorang selama nyawanya belum sampai ke tenggorokan, namun apabila ruh sudah sampai di tenggorokan maka taubat tidak lagi diterima:

قال الله تعالى: ﴿إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوَءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِن قَرِيبٍ فَأُوْلَئِكَ يَتُوبُ اللهُ عَلَيْهِمْ وَكَانَ اللهُ عَلِيمًا حَكِيما * وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّى إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الآنَ وَلاَ الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ أُوْلَئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا﴾

Sesungguhnya tobat di sisi Allah hanyalah tobat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan yang kemudian mereka bertobat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah tobatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan tidaklah tobat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: "Sesungguhnya saya bertobat sekarang" Dan tidak (pula diterima tobat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih. (QS. Al-Nisa’: 17-18).

Wahai sekalian kaum muslimin bersegeralah bertaubat kepada Allah Subhanahu wata’alla sebab kalian tidak mengetahui kapankah mati menjemput kalian dan kalian juga tidak mengetahui kapan ajal akan mendatangi kalian.

قال الله تعالى: ﴿أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَن يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتا وَهُمْ نَائِمُونَ * أَوَ أَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَن يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ * أَفَأَمِنُواْ مَكْرَ اللهِ فَلاَ يَأْمَنُ مَكْرَ اللهِ إِلاَّ الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ﴾

Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur?. Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu mata hari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain?. Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi. (QS. Al-A’rof: 97-99).

Inilah yang dapat aku sampaikan, dan curahkanlah shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam sebagai bentuk ketaatan terhadap perintah Allah Subhanahu wata’alla …

Sumber : FP Facebook Strawberry

Menjauhi Fitnah


Yang kami maksudkan dengan fitnah yaitu sesuatu yang menimpa individu atau golongan, berupa kebinasaan atau kemunduran tingkatan iman, atau kekacauan di dalam barisan Islam.

Di antara penyebab pertama terjerumusnya seseorang ke dalam fitnah, yaitu siapnya hati menerima fitnah tersebut, seperti yang disebutkan dalam hadits:

تُعْرَضُ الْفِتَنُ عَلَى الْقُلُوْبِ ..وَأَيّ قَلْبٍ أَشْرَبَهَا نُكِتَتْ فِيْهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ

“Fitnah-fitnah didatangkan kepada semua hati...Hati manapun yang mengecapnya, tertorehlah padanya satu noda hitam.”[1]

Demikian pula menerimanya yang berlari padanya. Dalam hadits shahih:

...المَاشِي فِيْهَا خَيْرٌ مِنَ السَّاعِي, مَنْ تَشَرَّفَ لَهَا تَسْتَشْرِفُهُ

“Orang yang berjalan padanya (fitnah) lebih baik daripada yang berlari, barangsiapa yang mengintainya, niscaya ia menguasainya.”[2] Maksudnya mencari-carinya (fitnah), niscaya ia menguasainya.

Dan sesuatu yang paling menggerakkan fitnah adalah banyak berbicara. Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata dalam menjelaskan sebab-sebab terjadinya fitnah yang sangat banyak, sesungguhnya ia bermula: 'dengan berkata bohong di hadapan para pemimpin, memberikan informasi kepada mereka. Maka seringkali hal itu memunculkan kemarahan dan pembunuhan, lebih banyak dari pada terjadinya fitnah itu sendiri.[3]

Dan sering sekali fitnah menjadi besar saat seseorang mengambil sikap atas dasar kesalahpahaman. Dan yang lebih berbahaya lagi dalam menyulut api fitnah adalah mendahulukan pendapat pribadi di atas hukum syara’. Diriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari, bahwasanya Sahl bin Hanif t berkata saat terjadinya fitnah di antara para sahabat radhiyallahu ‘anhum: ‘Wahai sekalian manusia, curigalah terhadap pendapat pribadimu di atas agamamu...”[4]

Dan terkadang engkau berlari dari fitnah, maka para pelakunya menyusul engkau, sedangkan engkau tidak ingin terlibat di dalamnya. Sebagaimana yang diriwayatkan dari Abu ad-Darda` t, ia berkata, ‘Jika engkau mengkritik mereka, mereka mengkritik engkau. Jika engkau meninggalkan mereka, mereka tidak meninggalkan engkau. Dan jika engkau berlari dari mereka, mereka pun menyusul engkau...’[5]

Dan terkadang penerimaan terhadap jabatan yang engkau tidak mampu melaksanakannya menjadi sebab terjadinya fitnah terhadap dirimu dan siapapun yang bersamamu. Karena alasan itulah, ‘Amr bin al-‘Ash t merasa sangat gelisah saat menjelang kematiannya, dan ia teringat kehidupannya bersama Rasulullah r, hingga ia berkata, ‘Jika aku meninggal dunia pada saat itu, orang-orang berkata, ‘Selamat untuk ‘Amr, ia masuk Islam, lalu ia meninggal maka diharapkan surga untuknya.’ Kemudian setelah itu, aku berkecimpung dengan kekuasaan dan berbagai banyak urusan, maka aku tidak tahu, apakah memudharatkan aku atau berguna untukku.’[6]

Jika engkau menjadi panutan atau memegang jabatan, maka janganlah engkau memberikan tugas kepada manusia yang mereka tidak mampu, maka engkau membuat fitnah kepada mereka. Maka sesungguhnya Rasulullah r, tatkala beliau mengetahui bahwa Mu’adz bin Jabal t memanjangkan shalatnya saat menjadi imam, beliau bersabda kepadanya sebanyak tiga kali:

يَا مُعَاذُ, أَفَتَّانًا أَنْتَ؟

"Wahai Mu’adz, apakah engkau ingin membuat fitnah?[7]

Dan dalam pidato Umar t: ‘Perhatikanlah, janganlah kamu memukul kaum muslimin, maka kamu menghinakan mereka. Janganlah kamu memperpanjang (menugaskan mereka terlalu lama, hingga tidak berkumpul dengan keluarga mereka), maka engkau membuat fitnah kepada mereka. Dan janganlah kamu menghalangi hak mereka, maka kamu membuat kufur kepada mereka.’[8]

Sesungguhnya banyak disibukkan dengan ucapan tanpa bekerja, akan membawa kepada fitnah dan kekacauan. Syaikhul Islam berkata, ‘Apabila manusia meninggalkan jihad fi sabilillah, maka Allah I akan mencoba mereka dengan mencampakkan permusuhan di antara mereka, hingga terjadi fitnah di antara mereka, sebagaimana yang telah terjadi.’[9]

Di antara pengaruh fitnah, sesungguhnya fitnah itu melupakan orang-orang yang terjerumus di dalamnya tentang kebenaran yang mereka ketahui dan batasan-batasan yang mereka tekuni. Dan sesungguhnya orang yang terjatuh dalam fitnah menjadi ringan ketakwaannya dan tipis agamanya. Karena itulah saat orang-orang dijauhkan dari telaga, Rasulullah r mengira mereka termasuk umatnya, dijawablah: 'Engkau tidak tahu, mereka telah berjalan mundur.' Yang meriwayatkan hadits berkata (yaitu Ibnu Abi Mulaikah): 'Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu bahwa kami kembali atas tumit kami (murtad) atau kami mendapat fitnah."[10]

Dan dalam hadits yang Hudzaifah t bertanya tentang keburukan: Wahai Rasulullah, ketenangan di atas asap, apakah maksudnya? Beliau menjawab:

لاَتَرْجِعُ قُلُوْبُ أَقْوَامٍ عَلَى الَّذِي كَانَتْ عَلَيْهِ

Hati para kaum tersebut tidak kembali seperti semula.'[11]

Yang mensyarahkan hadits tersebut berkata, 'Maksudnya, hati mereka tidak bersih dari sifat dendam dan benci, sebagaimana bersih sebelum hal itu.'[12]

Ketika engkau melihat seorang laki-laki yang berakal, tetapi akhirnya engkau tidak tahu, kemana perginya akal sehatnya di saat terjadinya fitnah (kekacauan). Ibnu Hajar rahimahullah mengutip hadits dari Ibnu Abi Syaibah rahimahullah tentang fitnah: "Kemudian fitnah datang bergelombang seperti gelombang laut, dan ia yang menjadikan manusia padanya seperti binatang.' Maksudnya, tidak ada akal bagi mereka. Dan diperkuat hadits Abu Musa u: 'Akal kebanyakan orang di masa itu telah hilang.'[13]

Dan ketika Ibnu Hajar rahimahullah menjelas disunnahkan berlindung dari segala fitnah, hingga kepada orang yang mengetahui bahwa ia berada di atas kebenaran. Ia memberikan alasan atas hal itu dengan penjelasannya: 'Karena sesungguhnya ia bisa membawa kepada terjatuhnya sesuatu yang ia tidak menganggap terjatuhnya.'[14]

Di antara pengaruh terjerumus dalam fitnah yang paling berbahaya adalah tidak memperhatikan nasehat, bahkan sebagian manusia menganggap enteng perbuatan maksiat. Abdullah bin Umar t berkata: 'Di masa fitnah, kamu tidak menganggap pembunuhan sebagai perbuatan dosa.'[15] Maka, apakah jalan keselamatan dari segala fitnah?

Di antara hal yang dapat menyelamatkan dari fitnah adalah bahwa engkau tidak menuntut hakmu dalam urusan dunia, sekalipun sabar dalam hal itu terasa berat sekali. sebagaimana yang diriwayatkan dalam Sunan Abu Daud:

إِنَّ السَّعِيْدَ لِمَنْ جَنَّبَ الْفِتَنَ –ثَلاَثًا- وَلِمَنْ ابتُلِيَ فَصَبَرَ فَوَاهًا

'Sesungguhnya keberuntungan bagi orang yang menjauhi fitnah –(beliau mengucapkannya) tiga kali-, dan bagi orang yang mendapat cobaan, maka ia bersikap sabar, alangkah indahnya sabar terhadap bala.'[16]

Dan barangsiapa yang dikelilingi fitnah dan tidak ada yang menyelamatkannya dari fitnah itu, maka hendaklah ia berlari dengan membawa agamanya dari segala fitnah dan memperbanyak ibadah, sebagaimana dalam hadits:

العِبَادَةُ فِى الْفِتْنَةِ كَالْهِجْرَةِ إِلَيَّ

"Beribadah di saat fitnah adalah seperti berhijrah kepadaku."[17]

Berbekal diri dengan amal shaleh sangat dianjurkan untuk menjaga diri dari fitnah sebelum terjadinya. Nabi r bersabda:

بَادِرُوْا بِاْلأَعْمَالِ فِتَنًا

"Segeralah beramal shaleh (mendahului datangnya) segala fitnah."[18]

Imam an-Nawawi rahimahullah mengatakan saat menjelaskan makna hadits tersebut: 'Pengertian hadits tersebut adalah dorongan bersegera melaksanakan amal ibadah sebelum uzur dan sebelum tidak bisa lagi melaksanakannya karena terjadinya fitnah yang menyibukkan, datang silih berganti, lagi sangat banyak.[19]

Dan barangsiapa yang bisa mengendalikan sebab-sebab fitnah, maka hendaklah ia berlepas diri darinya, sebagaimana yang terdapat dalam hadits:

كَسِّرُوْا فِيْهَا قِسِيَّكُمْ

"Patahkanlah padanya yang keras darimu."[20]

Sehingga Ka'ab bin Malik t menyebutkan cerita tiga orang yang tertinggal (dari perang Tabuk), bagaimana surat dari Raja Ghassan sampai kepadanya, yang isinya: 'Telah sampai berita kepadaku bahwa temanmu (Nabi Muhammad r) telah menjauhimu, dan Allah I tidak menjadikanmu di negeri kehinaan dan kesempitan, maka datanglah kepada kami, niscaya kami akan membantumu.' Ka'ab t berkata: 'Tatkala aku membaca surat tersebut, aku berkata: ini juga termasuk bala, lalu aku menuju tempat pembakaran roti, maka aku membakar surat tersebut."[21]

Berdoa agar selalu terjaga dari kejahatan segala fitnah merupakan salah satu sebab keselamatan. Di dalam Musnad Ahmad:

وَإِذَا أَرَدْتَ بِعِبَادِكَ فِتْنَةً أَنْ تَقْبِضَنِي إِلَيْكَ غَيْرَ مَفْتُوْنٍ

"Dan apabila engkau menghendaki fitnah terhadap hamba-hamba-Mu, hendaklah engkau mengambilku kepada-Mu, tanpa terlibat fitnah."[22]

Dalam doa Umar t: 'Kami berlindung kepada Allah I dari kejahatan segala fitnah.'[23] Dan Anas t berkata: 'Berlindung kepada Allah I dari segala fitnah.'[24]

Dan yang menyelamatkan engkau di sisi Allah I bahwa engkau mengingkarinya dan tidak ridha dengannya, serta jangan membantu atasnya. Nabi r bersabda:

وَأَيُّ قَلْبٍ أَنْكَرَهَا نُكِتَتْ فِيْهِ نُكْتَةٌ بَيْضَاءُ حَتَّى يَصِيْرَ الْقَلْبُ أَبْيَضَ مِثْلَ الصَّفَا لاَ تَضُرُّهُ فِتْنَةٌ مَادَامَتِ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ

"Hati apapun yang mengingkarinya, niscaya tertoreh padanya titik putih, sehingga hati menjadi putih seperti batu yang licin, fitnah tidak membahayakannya selama masih adanya langit dan bumi.'[25]

Dan penyelamat yang paling penting adalah bahwa seseorang memahami agamanya dan membedakan batas-batas syara' tanpa kerancuan. Ibnu Hajar rahimahullah mengutip dari Ibnu Abi Syaibah rahimahullah sebuah hadits dari Hudzaifah t, ia berkata padanya: 'Fitnah tidak membahayakanmu selama engkau mengenal agamamu. Sesungguhnya fitnah itu terjadi, apabila samar atasmu di antara kebenaran dan kebatilan.'[26]

Sekalipun disertai semua sebab keselamatan ini dan yang lainnya, hati harus tetap bergantung kepada Allah I. Dan benarlah: "Sesungguhnya keberuntungan adalah bagi orang yang menjauhi fitnah." Maka menjauhi segala fitnah adalah pemeliharan rabbani, lebih banyak daripada usaha manusia. Maka ambillah segala sebab dan memintalah pertolongan kepada Allah I.

Kesimpulan:

Di antara penyebab terjerumusnya seseorang ke dalam fitnah:

- Kesiapan hati menerimanya.

- Tenggelam dengan obrolan dan keyakinan ilusi.

- Mendahulukan pendapat pribadi di atas hukum syara'.

- Menerima jabatan yang tidak mampu dilaksanakan.

- Sibuk berbicara, tanpa bekerja.

Di antara dampak fitnah:

- Membuat manusia lupa terhadap kebenaran yang sebenarnya.

- Menipiskan agama.

- Menghilangkan akal.

- Tidak mendengarkan nasehat.

Di antara penyelamat dari segala fitnah:

- Tidak menuntut hakmu dalam urusan dunia.

- Paham terhadap agama.

- Berlepas diri dari sarana-sarana fitnah dan sebab-sebabnya.

- Tidak memegang jabatan dalam fitnah.

- Berdoa agar terjaga dari kejahatannya.

- Hati mengingari fitnah tersebut.

- Berbekal diri dengan amal shalih.

Menjauhi fitnah adalah pemeliharaan rabbani, melebihi kondisinya sebagai usaha manusia.

[1] Shahih Muslim, kitab Iman, bab ke65, hadits no. 231, dan lafazhnya diriwayatkan oleh Imam Ahmad 5/386.
[2] Shahih al-Bukhari, kitab fitnah-fitnah, bab ke-9, hadits no.7081.

[3] ‘Aunul Ma’bud, 11/347.

[4] Shahih al-Bukhari, kitab al-I’tisham, bab ke-7, hadits no.7308, mauquf kepada Sahl bin Hanif rad.

[5] Kanzul Ummal, hadits no. 30989, dan ia berkata, ‘Diriwayatkan oleh al-Khathib dan Ibnu ‘Asakir, al-Khathib menshahihkan mauqufnya.

[6] Musnad Ahmad 4/199

[7] Shahih al-Bukhari, kitab al-Adab, bab ke-74, hadits no. 6106.

[8] Musnad Ahmad 1/41, Syaikh Ahmad Syakir berkata: Isnadnya hasan (286).

[9] Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyah, 15/44.

[10] Shahih al-Bukhari, Kitab al-Fitan, bab ke-1, hadits no. 7048.

[11] Shahih Sunan Abu Daud, Syaikh al-Albani, no. 3571.

[12] 'Aunul Ma'bud 11/317, saat mensyarahkan hadits no.4227.

[13] Fath al-Bari 13/49, kitab al-Fitan, bab ke-17.

[14] Fath al-Bari, 13/52, saat mensyarahkan hadits no. 7098.

[15] Musnad Ahmad 2/3, mauquf kepada Abdullah bin Umar t.

[16] Shahih Sunan Abu Daud, Syaikh al-Albani, hadits no. 3585.

[17] Musnad Ahmad 5/27, dan dalam Shahih al-Jami' no. 4119 dengan lafazh 'Beribadah dalam peperangan'. (Shahih).

[18] Shahih Muslim, kitab al-Iman, bab ke-51, hadits no. 186.

[19] Syarah Shahih Muslim, Imam an-Nawawi, 1/492.

[20] Shahih Sunan at-Tirmidzi, Syaikh al-Albani, hadits no. 1795/2314 (Shahih).

[21] Shahih al-Bukhari, kitab al- Fitan, bab ke-17, hadits no. 7098.

[22] Shahih al-Bukhari, kitab al-Fitan, bab ke-15, hadits no. 7089.

[23] Shahih al-Bukhari, Kitab al-Fitan, bab ke-15, hadits no. 7090.

[24] Shahih al-Bukhari, Kitab al-Fitan, bab ke-15, hadits no. 7090.

[25] Shahih al-Jami' no. 2960 dan diriwayatkan oleh Ahmad dan Muslim.

[26] Fath al-Bari, 13/49, kitab al-Fitan, syarah hadits 17.

Sumber : FP Facebook Strawberry

Tahajjud


Tahajjud (Arabic: تهجد), yang juga disebut sebagai “sholat malam” merupakan suatu sholat sunnah, yang dilakukan oleh pemeluk Islam. Sholat ini bukan merupakan sholat wajib lima waktu yang diharuskan bagi seluruh umat Muslim, walau begitu, nabi Islam, Muhammad S.A.W. diriwayatkan melakukan sholat ini di banyak waktu dan mendorong para sahabatnya untuk melakukannya untuk meraih banyak pahala dan keuntungan.

Bukti-bukti di dalam Al Qur’an akan sholat Tahajjud

Di dalam buku terkenalnya, Fiqh As-Sunnah, Sheikh Sayyid Sabiq memaparkan subyek Tahajjud sebagai berikut:

"Memerintahkan Rasul-Nya untuk melakukan sholat Tahajjud, Allah S.W.T. berfirman yang artinya:

* {Dan pada sebagian malam, lakukanlah sholat Tahajjud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.}* (Al-Israa’ 17:79)

Perintah ini, walau pun ditujukan khusus kepada Muhammad (S.A.W), juga dimaksudkan kepada seluruh umat Muslim, dimana Mohammad (S.A.W) merupakan contoh sempurna dan panduan bagi seluruh umat di dalam segala hal.

Terlebih lagi, melakukan sholat Tahajjud terus-menerus akan mendorong seseorang dalam kebenaran dan menolong seseorang memperoleh karunia dan rahmat Allah S.W.T. Dalam memuji mereka yang melakukan sholat di tengah malam tersebut, Muhammad(S.A.W) mengatakan yang artinya:

* {Dan orang-orang yang menghabiskan waktu malam untuk beribadah kepada Tuhan mereka dengan bersujud dan berdiri}* (Al-Furqan 25:64)

Bukit-bukti di dalam Hadist

Disamping ayat-ayat Al Qur’an tersebut, terdapat juga beberapa hadist (yang diriwayatkan dan dikonfirmasikan secara tradisi dari Mohammad (S.A.W) yang memperkuat akan pentingnya Tahajjud.

Etiket dalam Sholat

Tindakan-tindakan berikut direkomendasikan bagi mereka yang hendak melakukan Sholat Tahajjud: Setelah pergi tidur, seseorang harus memiliki niat untuk melakukan Sholat. Abu Ad-Darda' mengutip Muhammad(S.A.W) yang mengatakan:

“Siapapun yang pergi tidur dengan berkeinginan bangun dan melaksanakan sholat di waktu malam. tetapi, menjadi terlelap dalam tidurnya, gagal melakukan sholat, dia akan dicatat sebagaimana kehendaknya, dan tidurnya akan dihitung sebagai amal (tindakan yang dirahmati)) baginya dari Tuhan-nya.” (An-Nasa'i dan Ibn Majah)

Di waktu bangun, direkomendasikan bagi seseorang untuk membasuh mukanya, menggosok gigi, dan melihat ke langit dan berdoa sebagaimana yang dilaporkan dari Mohammad (S.A.W)

Abu Hudhaifa melaporkan:

"Kapan pun Nabi hendak pergi tidur, beliau akan membaca: (Dengan Nama-Mu, Ya Allah, Aku meninggal dan Aku hidup)." Dan ketika beliau bangun dari tidurnya, beliau akan berkata: (Segala puji adalah bagi Allah yang membuat kami hidup setelah Dia membuat kami mati (tidur) dan kepada-Nya-lah kami dibangkitkan)" (Al-Bukhari)

Seseorang harus memulai dengan dua raka’at pendek dan kemudian dapat berdoa apa pun yang dia harapkan setelahnya. `A’ishah mengatakan:

“Ketika Nabi melaksanakan sholat di waktu tengah malam, beliau akan memulainya dengan dua raka’at pendek.” (Muslim)

Direkomendasikan bagi seseorang untuk membangunkan anggota keluarganya, dimana Abu Hurairah melaporkan bahwa Mohammad (S.A.W) mengatakan:

“Semoga Allah memberkahi seseorang yang bangun di malam hari untuk sholat dan membangunkan istrinya dan siapa pun, jika dia menolak untuk bangun, cipratkan air pada mukanya. Dan semoga Allah memberkahi para wanita yang bangun di malam hari untuk sholat dan membangunkan suaminya dan, jika dia menolaknya, cipratkan air ke wajahnya.” (Ahmad)

Waktu yang direkomendasikan untuk Tahajjud

Tahajjud boleh dilaksanakan di awal sebagian malam, pertengahan sebagian malam, atau di akhir sebagian malam, tetapi diharuskan setelah Sholat Isya’ (sholat malam).

Dalam meng-komentari hal ini, Ibn Hajar mengatakan:

“Tidak ada waktu tertentu dimana Nabi (kedamaian dan keberkahan baginya) akan melaksanakan sholat tengah malamnya, tetapi dia selalu melaksanakan apa pun yang termudah baginya.”

Waktu Terbaik untuk Tahajjud

Adalah terbaik untuk menunda Sholat ini untuk sepertiga malam terkahir. Abu Hurairah mengutip Mohammad(S.A.W) yang mengatakan:

“Tuhan kita turun ke langit terendah selama sepertiga malam terakhir, dan bertanya: ‘Siapa yang akan memanggil-Ku sehingga Aku dapat menjawabnya? Siapa yang akan meminta sesuatu kepada-Ku sehingga Aku dapat memberikan padanya? Siapa yang meminta ampun kepada-Ku sehingga aku dapat mengampuninya?’” (Al-Bukhari)

`Amr ibn `Absah meng-klaim bahwa dia mendengar Mohammad (S.A.W) berkata:

“Yang terdekat bagi seorang hamba datang kepada Tuhan-nya adalah selama tengah malam sebagian malam terakhir. Jika kamu termasuk mereka yang mengingat Allah Yang Maha Esa pada saat tersebut, maka lakukanlah..” (At-Tirmidhi)

Jumlah Raka’at dalam Tahajjud

Sholat Tahajjud tidak disebutkan jumlah raka’at tertentu yang harus dilaksanakan, juga tidak ada batas maksimum yang diperbolehkan dilaksanakan. Sholat ini akan terpenuhi walau jika seseorang hanya melakukan sholat witir satu raka’at setelah sholat Isya’.

Sumber : FP Facebook Strawberry

KUNCI KETENANGAN BATIN


“Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan
(kesusahan)” (QS ath-Thalaq [65]:7)

Tidak ada penderitaan dalam hidup ini, kecuali orang yang membuat
dirinya sendiri menderita.Tidak ada kesulitan sebesar dan seberat apa pun di dunia ini, kecuali hasil dari buah pikirannya sendiri. Terserah kita, mau dibawa ke mana kehidupan ini. Mau dibawa sulit, niscaya segalanya akan menjadi sulit. Jika kita memilih jalan ini, maka silahkan, persulit saja pikiran ini. Mau dibawa rumit pastilah hidup ini akan senantiasa terasa rumit.

Perumitlah terus pikiran kita bila memang jalan ini yang paling
disukai. Toh, semua akan tampak hasilnya dan, tidak bisa tidak, hanya
kita sendiri yang harus merasakan dan menaggung akibatnya.

Akan tetapi, sekiranya kehidupan yang terasa sempit menghimpit hendak dibuat menjadi lapang, segala yang tampak rumit berbelit hendaknya dibuat menjadi sederhana, dan segala yang kelihatannya buram, kelabu, bahkan pekat gulita, hendaknya dibuat menjadi bening dan terang benderang, maka cobalah rasakan dampaknya.

Ternyata dunia ini tidak lagi tampak mengkerut, sempit menghimpit, dan carut marut. Memandang kehidupan ini terasa seperti berdiri di puncak menara lalu menatap langit biru nan luas membentang bertaburkan bintang gemintang, dengan semburat cahaya rembulan yang lembut menebar, menjadikan segalanya tampak lebih indah, lebih lapang, dan amat mengesankan. Allahu Akbar!

Memang,
“Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikit pun,
tetapi manusia itulah yang berbuat zalim terhadap diri mereka sendiri”
(QS Yunus [11]:44).

Padahal Dia telah tegas-tegas memberikan jaminan melalui firman-Nya,

“Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan
(kesusahan)” (QS ath-Thalaq [65]:7).

Kendalikan Suasana Hati

Kuncinya ternyata terletak pada keterampilan kita dalam mengendalikan suasana hati. Bagaimana caranya? Salah satu cara yang paling efektif adalah, manakala berhubungan dengan sesama manusia, jangan sekali-kali kita sibuk mengingat-ingat kata-katanya yang pernah terdengar menyakitkan. Jangan pula kita sibuk membayangkan raut mukanya yang sedang marah dan sinis, yang pernah dilakukannya di hari-hari yang telah lalu.

Begitu hati dan pikiran kita mulai tergelincir ke dalam perasaan
seperti itu, cepat-cepatlah kendalikan. Segera, alihkan suasana hati
ini dengan cara mengenang segala kebaikan yang pernah dilakukannya terhadap kita, sekecil apa pun. Ingat-ingatlah ketika ia pernah tersenyum kepada kita. Kenaglah jabat tangannya yang begitu tulus atau rangkulannya yang begitu penuh persahabatan. Atau, bukankah tempo hari ia pernah menawarkan untuk
mengantarkan kita pulang dengan motornya ketika kita tengah berdiri meninggu bis kota?

Pendek kata, ingat-ingatlah hanya hal-hal yang baik-baiknya saja, yang dulu pernah ia lakukan, seraya memupus sama sekali dari memori pikiran kita segala keburukan yang mungkin pernah ia perbuat.

Allah Azza wa Jalla sungguh Maha Kuasa membolak-balikkan hati
hamba-hamba-Nya. Kita akan kaget sendiri ketika mendapati hasilnya.
Betapa cepatnya hal ini berubah justru sesudah kita berjuang untuk
mengubah segala sesuatu yang buruk menjadi tampak baik.

Bertambah dewasa ternyata tidak cukup hanya dengan bertambahnya umur, ilmu, ataupun pangkat dan kedudukan. Kita bertambah dewasa justru ketika mampu mengenali hati dan mengendalikannya dengan baik. Inilah sesungguhnya kunci bagi terkuaknya ketenangan batin.

Suatu ketika kita dilanda asmara, misalnya. Kalaulah tidak pernah mau
bertanya kepada diri sendiri, maka akan habislah kita diterjang oleh
gelinjang hawa nafsu. Demikian juga kalau kita sedang diliputi gejolak
amarah. Sekiranya tidak pernah mau mengendalikan hati, akan celakalah kita dibuatnya karena akan menjadi orang yang berlaku aniaya terhadap orang lain.

Oleh sebab itu, kita harus benar-benar memiliki waktu dan kesungguhan untuk bisa memperhatikan segala gerak-gerik dan perilaku hati ini.

Jangan-jangan kita sudah tergelincir menjadi sombong tanpa kita
sadari. Jangan-jangan kita sudah memusnahkan pahala amal-amal yang pernah dilakukan tanpa kita sadari. Jangan-jangan kita sudah termasuk orang yang gemar berlaku zalim terhadap orang lain tanpa kita sadari.

Apabila ini terjadi, maka apalagi kekayaan yang bisa menjadi bekal
kepulangan kita ke akhirat nanti? Bukankah segala amal yang kita
perbuat itu-adakah ia tergolong amal salih atau amal salah-justru
tergantung pada kalbu ini?

Kita pergi berjuang, berperang melawan keangkaramurkaan, berkuah peluh bersimbah darah. Tetapi, sepanjang bertempur hati menjadi riya, ingin dipuji dan disebut pahlawan;tidakkah disadari bahwa amalan seperti ini di sisi Allah kering nilainya, tidak ada harganya sama sekali?

Menjadi mubaligh, berceramah menyampaikan ajaran Islam. Didengar oleh ratusan bahkan ribuan orang. Pergi jauh ke berbagai tempat,
menghabiskan sekian banyak waktu dan menguras tenaga serta pikiran.

Namun, sama sekali tidak akan ada harganya di sisi Allah kalau hati
tidak ikhlas. Sekadar ingin dipuji dan dihormati, sehingga merasa diri
paling mulia, atau bahkan lebih fatal lagi, karena motivasi sekadar
untuk mendapat imbalan.

Berangkat haji, memakan waktu berpuluh hari dan menempuh jarak beribu kilometer. Tubuh pun terpanggang matahari yang membakar dan berdesak-desakan dengan berjuta-juta manusia. Tetapi, kalau tidak disertai niat karena Allah, sekadar ingin dipuji karena mendapat
embel-embel titel haji, maka na’udzubillah, semua ini sama sekali
tidak berharga di sisi Allah.

Mengapa pekerjaan yang telah ditebus dengan pengorbanan sedemikian besar malah membuahkan kesia-siaan? Ternyata sebab-musababnnya berpangkal pada kelalaian dan ketidakmampuan mengendalikan suasana hati. Sebab, sekali seseorang beramal disertai riya, ujub, atau sum’ah (sekadar mencari popularitas) , maka tidak bisa tidak, pikirannya hanya akan disibukkan oleh persoalan tentang bagaimana caranya agar manusia datang memujinya. Begitu pujian itu tidak datang, sertamerta hati pun dilanda sengsara. Bila sudah begini, kapankah lagi dapat diperoleh ketentraman hidup, selain sebaliknya, hari-harinya akan senantiasa digelayuti perasaan resah, gelisah, kecewa, dan sengsara?

Niat yang Ikhlas

Oleh karena itu, sekiranya kita belum mampu melakukan amal-amal yang besar, tidakkah lebih baik memelihara amal-amal yang mungkin tampak kecil dan sepele dengan cara terus-menerus menyempurnakan dan memelihara niat agar senantiasa ikhlas dan benar? Inilah yang justru akan dapat membuahkan ketenangan batin, sehingga insya Allah akan membuahkan pula suasana kehidupan yang sejuk, lapang, indah dan mengesankan.

Mudah-mudahan dengan kesanggupan kita menyempurnakan dan memelihara keikhlasan niat di hati tatkala mengerjakan amal-amal yang kecil tersebut, suatu saat Allah Azza wa Jalla berkenan mengkaruniakan kesanggupan untuk mampu ikhlas manakala datang masanya kita harus mengerjakan amal-amal yang lebih besar.

Besar atau kecil suatu amalan yang dikerjakan dalam hidup ini,
sekiranya didasari hati yang ikhlas seraya diiringi niat dan cara yang
benar, niscaya akan melahirkan sikap ihsan. Yakni, kita akan selalu
merasakan kehadiran Allah dalam setiap gerak-gerik, sehingga dalam
setiap denyut nadi ini, kita akan selalu teringat kepada-Nya.

Inilah suatu kondisi yang akan membuat hati selalu merasakan kesejukan dan ketentraman.

“Alaa bi dzikrillaahii tathma ‘inul qulub” (QS ar-Ra’d[13]: 28),
demikian Allah telah memberikan jaminan. Ingat, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram!

Demi Allah tidak ada pilihan lain. Kita harus senantiasa mewaspadai
hati ini. Jangan sampai diam-diam membinasakan diri justru tanpa kita
sadari. Sudah pahala yang didapat sedikit, hati pun tak bisa
terkendalikan, sehingga semakin rusaklah nilai amal-amal kita dari
waktu ke waktu. Na’udzubillaah!

Dengan demikian, selain kita terbiasa mandi untuk membersihkan jasad lahir, kita pun harus memiliki kesibukan untuk “memandikan” hati ini.

Selain kita makan untuk mengenyangkan perut, kita pun harus
“menyantap” sesuatu yang dapat membuat hati ini terisi. Selain kita
berdandan untuk merapikan penampilan, kita pun harus sibuk “bersolek” merapikan hati kita. Dan selain kita rajin becermin untuk memperelok wajah, kita pun jangan lupa untuk rajin-rajin pula “becermin” untuk memperelok hati.

Semua ini tiada lain agar kita memiliki kemampuan untuk senatiasa
menyelisik niat maupun perilaku buruk dan busuk yang, disadari ataupun tidak, mungkin pernah kita perbuat. Itu akan lebih menolong daripada kita sibuk mengintip-intip keburukan orang lain, yang berarti hanya menipu diri sendiri belaka dan sama sekali tidak akan mendatangkan ketenangan batin.

Wallahu a’lam!

(Nawwira Kifliyah; Sumber : Buku Meredam Gelisah Hati, MQS. )

Aku Akan Hidup Benar Dari Jam Ke Jam


Habis Sholat Isya ,seorang Gadis kecil mendatangi kepada ayahnya yang belum selesai sholat sunnah.Setelah mengucapkan salam, Sang ayah menatap anaknya.
" ada Apa Nak ? "
“Apakah kita bisa hidup tidak berdosa selama hidup kita?”.

Ayahnya memandang kepada anak kecil itu dan berkata,
“Tidak, nak. Manusia sering melakukan kekhilafan secara sadar maupun tidak. Itulah kenapa kita diperintahkan memohon ampun kepada Alloh setiap hari”.

Putri kecil ini kemudian memandang ayahnya dan berkata lagi,
“Apakah kita bisa hidup tanpa berdosa dalam setahun?”

Ayahnya kembali menggelengkan kepalanya, sambil tersenyum kepada putrinya.

“Oh ayah, bagaimana kalau 1 bulan, apakah kita bisa hidup
tanpa melakukan kesalahan?”

Ayahnya tertawa, “Itu sangat sulit, nak”.

“OK ayah, ini yang terakhir kali, apakah kita bisa
hidup tidak berdosa dalam 1 jam saja?”.

Ayahnya berfikir sebentar.kemudian Ia mengangguk,
"Jika dia berusaha dan Alloh memberikan Hidayah. kemungkinan besar bisa".

Anak ini tersenyum lega.
"Jika demikian, aku akan berusaha hidup benar dari jam ke jam, ayah.
Lebih mudah menjalaninya, dan aku akan menjaganya
dari jam ke jam, sehingga aku dapat hidup dengan benar.... "

Sang Ayah berkaca-kaca menatap Putrinya:
" Apa yang kau katakan penuh dengan Hikmah, semoga Alloh selalu memberimu petunjuk.."

(oleh : Budi Hidayat) —

Ayah, Apakah Ini Ayah?


Seorang pria tua yang usianya sudah menginjak 85 tahun duduk di tepi kolam ditemani anaknya, yang usianya 42 tahun.

Ia sangat bangga pada anaknya yang sukses itu. Sekalipun ia tahu bahwa anaknya tak pernah punya banyak waktu untuknya kini. Memecah keheningan, sang ayah bertanya pada anaknya...

"Nak, ikan apakah itu? Warnanya cantik sekali,"

"Ikan koi, ayah. Aku membawanya dari Jepang," jawab si anak.

Merekapun kembali diam. Beberapa menit kemudian sang ayah bertanya lagi.

"Nak, ikan apakah itu? Warnanya cantik sekali,"

"Kan aku sudah bilang tadi. Ini ikan koi, aku membawanya dari Jepang, kemarin," jawab si anak ketus.

Ayahnya mengangguk-angguk dan mengagumi ikan-ikan yang berlarian di kolam tersebut.

Selang beberapa menit kemudian, ia kembali bertanya.

"Nak, ikan apakah itu? Warnanya cantik sekali,"

Dengan geram, si anak tetap fokus pada iPad yang dipegang di tangannya. Tanpa menoleh pada si ayah ia menjawab ketus, "itu namanya ikan koi, yah. Ikan koi!"

Ayahnya tersenyum sambil terus mengagumi ikan-ikan indah tersebut.

Dan untuk kesekian kalinya sang ayah bertanya pada anaknya.

"Nak, ikan apakah itu? Warnanya cantik sekali,"

Si anak langsung meletakkan iPad di genggamannya. "Ayah, kenapa sih ayah menanyakan hal yang sama berulang-ulang? Bukankah aku sudah bilang ini adalah ikan koi. Kenapa ayah nggak ngerti juga?"

Ayahnya terdiam. Dengan gerakan yang sangat lambat ia mengambil dompet di sakunya. Mengeluarkan sebuah foto masa mudanya. Ketika ia pergi memancing dengan anaknya di sebuah danau dekat rumah.

"Ingatkah kau akan foto ini nak? Saat itu kau masih kecil. Rasa keingintahuanmu sangat besar. Setiap kali ayah mendapat ikan, kau akan bertanya pada ayah 'ikan apakah itu, ayah?' dan ayah akan menjawabnya dengan penuh kesabaran. Tak hanya sekali saja pertanyaan itu keluar dari mulut kecilmu. Kau akan mengulangi sebuah pertanyaan sebanyak 25 kali jika kau sangat ingin tahu. Dan ayah tetap menjawabnya dengan penuh kesabaran. Tetapi, mengapa kini ayah baru bertanya 4 kali saja, kau sudah marah?" tanyanya sambil meneteskan air mata.

***

Kejadian ini mungkin pernah dirasakan oleh kita juga. Saat kondisi orang tua sudah mulai menua. Pertanyaan-pertanyaan atau cerita-cerita yang sudah pernah diucapkan akan terus menerus diucapkan. Beliau mungkin tidak ingat, atau hanya terlalu bersemangat membahas sebuah topik. Dan untuk itulah, kita yang dulu juga pernah menanyakan hal berulang-ulang di saat masih anak-anak, hendaknya bersikap sama sabarnya. Menjawab semua pertanyaan yang sama dengan hati ikhlas. Mendengarkan cerita yang sama terus menerus bak belum pernah mendengar sebelumnya.

Setidaknya bahagia orang tua itu sederhana, didengarkan dengan ikhlas.

DOA SAAT MEMASUKI USIA 40 TAHUN



Bismillahirrahmannirahim,

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Shalawat dan salam atas hamba dan utusan-Nya, Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam , keluarga dan para sahabatnya.

رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

"Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (QS. Al-Ahqaf: 15)

Keistimewaan Umur 40 Tahun

Sebagian orang menyebut, umur empat puluh tahun penuh teka-teki dan penuh misteri. Sehingga terbit sebuah buku berjudul, "Misteri Umur 40 tahun" yang diterbitkan pustaka al-tibyan – Solo, diterjemahkan dari buku berbahasa Arab, Ya Ibna al-Arba'in, oleh Ali bin Sa'id bin Da'jam.

Seseorang yang sudah mencapai umur 40 tahun berarti akalnya sudah sampai pada tingkat kematangan berfikir serta sudah mencapai kesempurnaan kedewasaan dan budi pekerti. Sehingga secara umum, tidak akan berubah kondisi seseorang yang sudah mencapai umur 40 tahun.

Al-Tsa'labi rahimahullah berkata, "Sesungguhnya Allah menyebutkan umur 40 tahun karena ini sebagai batasan bagi manusia dalam keberhasilan maupun keselamatannya."

Ibrahim al-Nakhai rahimahullah berkata, "Mereka berkata bahwa jika seseorang sudah mencapai umur 40 tahun dan berada pada suatu perangai tertentu, maka ia tidak akan pernah berubah hingga datang kematiannya." (Lihat: al-Thabaqat al-Kubra: 6/277)

Allah Ta'ala telah mengangkat para nabi dan Rasul-Nya, kebanyakan, pada usia 40 tahun, seperti kenabian dan kerasulan Muhammad, Nabi Musa, dan lainnya 'alaihim al-Shalatu wa al-Sallam. Meskipun ada pengecualian sebagian dari mereka.

Imam al-Syaukani rahimahullah berkata, "Para ahli tafsir berkata bahwa Allah Ta'ala tidak mengutus seorang Nabi kecuali jika telah mencapai umur 40 tahun." (Tafsir Fathul Qadir: 5/18)

Dengan demikian, usia 40 tahun memiliki kekhususan tersendiri. Pada umumnya, usia 40 tahun adalah usia yang tidak dianggap biasa, tetapi memiliki nilai lebih dan khusus.

Dihikayatkan, al-Khalil bin Ahmad al-Farahidi adalah seorang laki-laki yang shalih, cerdas, sabar, murah hati, berwibawa dan terhormat. Ia berkata, "manusia yang paling sempurna akal dan pikirannya adalah apabila telah mencapai usia 40 tahun. Itu adalah usia, di mana pada usia tersebut Allah Ta'ala mengutus Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, dan pikiran manusia akan sangat jernih pada waktu sahur." (Lihat: al-Wafyat A'yan, Ibnu Khalkan: 2/245)

Disebutkan tentang biografi al-Hafidz Jalaluddin al-Suyuthi, "Bahwa ketika mencapai umur 40 tahun ia berkonsentrasi untuk beribadah dan memutuskan diri dari hubungan dengan manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala, dan ia berpaling dari semua urusan dunia dan umat manusia, seakan-akan ia tidak pernah kenal seorangpun dari mereka. Dan ia terus menyusun karya-karya tulisnya. . ." (Syadzratu al-Dzahab: 8/51)

Al-Qur'an Menyebut Umur 40 Tahun

Cukuplah Al-Qur'an yang telah menyebutkan umur 40 tahun dengan tegas itu menjadi perhatian. Sehingga kita lihat, saat memasuki usia ini para ulama mencapai kebaikan amal mereka dan menjadikannya sebagai hari-hari terbaik dalam hidupnya.

Allah Ta'ala berfirman,

حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

"Sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri"." (QS. Al-Ahqaf: 15)

Umur 40 Tahun dan Syukur

Ayat di atas mengisyaratkan, saat sudah menginjak usia 40 tahun hendaknya seseorang mulai meningkatkan rasa syukurnya kepada Allah juga kepada orang tuanya. Ia memohon kepada-Nya, agar diberi hidayah, taufik, dibantu, dan dikuatkan agar bisa menegakkan kesyukuran ini. Karena segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini adalah dengan kehendak dan izin-Nya, sehingga ia meminta hal itu kepada-Nya. Ini sebagaimana doa yang diajarkan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam kepada Mu'adz bin Jabal Radhiyallahu 'Anhu, "Aku wasiatkan kepadamu wahai Mu'adz, Janganlah engkau tinggalkan untuk membaca sesudah shalat:

اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِك ، وَشُكْرِك وَحُسْنِ عِبَادَتِك

"Ya Allah, bantulah aku untuk berdzikir, beryukur, dan memperbaiki ibadah kepada-Mu." (HR. Ahmad, Abu Dawud, al-Nasai dengan sanad yang kuat)

Karena sesungguhnya seorang hamba pasti sangat butuh kepada pertolongan Tuhannya dalam menjalankan perintah, menjauhi larangan, dan sabar atas ketetapan-ketetapan takdir-Nya. (Dinukil dari Subulus Salam, Imam al-Shan'ani)

Sebenarnya bersyukur itu sepanjang umur. Dan dikhususkan pada umur 40 tahun ini karena pada saat usia ini seseorang benar-benar harus sudah mengetahui segala nikmat Allah yang ada padanya dan pada orang tuanya, lalu ia mensyukurinya.

Imam al-Qurthubi rahimahullah dalam tafsirnya berkata, "Allah Ta'ala menyebutkan orang yang sudah mencapai umur 40 tahun, maka sesungguhnya telah tiba baginya untuk mengetahui nikmat Allah Ta'ala yang ada padanya dan kepada kedua orang tuanya, kemudian mensyukurinya."

Sesungguhnya hakikat syukur itu mencakup tiga komponen; hati, lisan, dan anggota badan. Hati dengan mengakui bahwa semua nikmat itu berasal dari pemberian Allah. Lisan dengan menyebut-nyebut dan menyandarkan nikmat itu kepada-Nya serta memuji-Nya. Sementara anggota badan adalah dengan menggunakan nikmat itu untuk taat kepada-Nya, yakni untuk menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Oleh karenanya, disebutkan dalam ayat, "Dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai."

Ditekankan Bersyukur Kepada Orang Tua

Saat seseorang berumur 40 tahun, maka ia memiliki tanggungjawab di tengah keluarga dan masyarakat yang lebih besar. Anak-anak memerlukan biaya yang lebih untuk pendidikan dan lainnya. Sementara orang tuanya, pastinya sudah renta dan sangat memerlukan bantuan dari anak-anaknya. Di sinilah sering seseorang melupakan orang tuanya karena konsentrasinya yang lebih terhadap keluarga dan anak-anaknya. Padahal seharusnya dengan bertambahnya umur semakin membuat ia sadar akan jasa-jasa orang tuanya kepada dirinya. Sehingga disebutkan dalam hadits, "Merugilah seseorang, merugilah seseorang, merugilah seseorang yang mendapatkan kedua orang tuanya, salah seorang atau kedua-duanya, tapi tidak bisa masuk surga (dengan itu)." Dalam riwayat lain, "Tapi keduanya tidak bisa memasukkannya ke dalam surga." (HR. Ahmad dan lainnya)

Ayat tentang kewajiban berbuat ihsan kepada orang tua di atas diawali dengan perintah untuk mentahidkan Allah, ikhlas ibadah kepada-Nya, dan istiqamah di atasnya. Seolah menunjukkan, saat Allah perintahkan untuk mentauhidkan-Nya ada di antara hamba yang menyambut dan ada pula yang menentang. Sama juga dengan perintah berbakti kepada orang tua, ada manusia yang berbakti kepada orang tuanya dan ada pula yang malah durhaka.

Juga mengisyaratkan, agar tidak membedakan dan membentukan berbuat ihsan kepada orang tua dengan mentauhidkan Allah. Sesungguhnya berbuat ihsan kepada kedua orang tua itu bagian dari ibadah kepada Allah. Sehingga tidak boleh dalam berbuat ihsan tersebut melanggar nilai-nilai ketauhidan. Walau besar hak orang tua atas anak, tidak boleh mentaati keduanya dalam maksiat kepada Allah. Karena tetaplah nikmat yang orang tua dapatkan itu berasal dari Allah juga.

Bentuk berbuat ihsan kepada orang tua yang diperintahkan dalam ayat tersebut mencakup segala bentuk berbuat baik seperti memenuhi nafkah orang tua, memnuhi kebutuhannya, mentaati perintahnya yang ma'ruf, menghidarkan dari bahaya, mengobatkannya jika sakit, menghiburnya jika sedih, dan memohonkan ampun dan doa untuk kedunya, serta yang lainnya.

Mempersiapkan keturunan yang kuat , baik dalam Iman maupun pengetahuan dunia

Sesudah seorang muslim diperintah berbuat baik kepada orang yang di atasnya dan mengerjakan amal shalih untuk dirinya, janganlah ia lupa terhadap anak keturunanya. Ia juga wajib memperhatikan pendidikan dan pengarahan mereka, agar menjadi orang yang taat kepada Allah Ta'ala. Karena mereka adalah amanat yang harus diarahkan untuk taat kepada Tuhan-Nya.

Dan sesungguhnya di antara balasan baik dari amal shalih mereka adalah diperbaiki keturunan mereka. Baiknya orang tua akan berefek kepada perbaikan anak. Ini juga menjadi pelajaran, dalam melakukan pendidikan kepada anak haruslah orang tua memulai dari menshalihkan diri mereka dengan ilmu dan amal. Di samping supaya bisa menjadi teladan, baiknya anak keturunan juga menjadi balasan bagi dirinya.

Syaikh al-Sa'di berkata dalam menafsirkan ayat di atas, "Sesungguhnya baiknya orang tua dengan ilmu dan amal termasuk sebab yang besar untuk baiknya anak-anak mereka."

Selain itu, berdoa sebagai bagian dari tawakkal kepada Allah dalam usaha tidak boleh dianggap ringan. Karena hati manusia itu berada di antara dua jari dari jemari Allah Ta'ala yang diarahkan kepada Dia kehendaki. Oleh sebab itu, kita dapatkan doa dari para Nabi dan orang-orang shalih untuk keshalihan anak-anak mereka.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim, ada seorang lelaki yang mengadikan tentang anaknya kepada Thalhah bin Musharrif Radhiyallahu 'Anhu, maka Thalhah berkata kepadanya, "Minta tolonglah dalam masalah anakmu dengan ayat,

رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

"Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (QS. Al-Ahqaf: 15)

Memperbaharui Taubat

Usia 40 tahun haruslah menjadi titik tolak dan perbaharuan taubat penyesalan seseorang atas dosa-dosa dan kufur nikmat selama hidupnya. Karena pada usia ini benar-benar telah merasakan banyaknya nikmat dan tidak sebandingnya rasa syukur terhadapnya. Maka pengakuan dosa pasti akan mengalir dari orang yang mau merenungkan masa lampaunya, sehingga dari itu lahir penyesalan, tumbuh istighfar dan taubat kepada Allah.

" Wahai Allah , Tuhan kami , tunjukilah kami untuk mensyukuri nikmat yang telah Engkau berikan kepada kami dan kepada ibu bapak kami dan karuniakan kami untuk dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai .. berilah kebaikan kepada kami dan anak cucu kami .. Sesungguhnya kami bertobat kepada MU dan sesungguhnya kami termasuk orang-orang yang berserah diri."

" Wahai Allah, Tuhan kami , bantulah kami untuk berdzikir, bersyukur ..., dan memperbaiki ibadah2 kami kepada-Mu."

Aamiin yaa Robbal alamin ..

Sungguh besar peran istri terhadap suami


Kemulyaan istri = penambah iman & taqwa suami
Kecerdasan istri = kesuksesan suami
Kecantikan istri = kesukaan & kebanggan suami
Kelembutan istri = kenyaman & ketenangan hati suami
Namun ke-4 kriteria tsb dipengaruhi juga oleh tuntunan suami sbg sang imam bagi istrinya. SubhanAllah..

Sosok Yang Tegar & Berani…

DARI:
Anne Ahira
KEPADA:
Dadang Kadarisman

Senin, 30 Juli 2012 21:52
-------------------------------------
Anne Ahira Newsletter
Think & Succeed!
Jumlah Pembaca: 500,000+
-------------------------------------

Dear Dadang, insan manusia yang
luar biasa...

Keadaan terpuruk bukanlah buruk, bila
dihadapi dengan tenang, dan bijak
serta berjuang terus pantang mundur,
dan diiringi doa yang tulus!

Setiap tantangan dan rintangan adalah
cambuk untuk memotivasi kita mencapai
kemajuan dan kemenangan.

Pepatah mengatakan:

"Kehidupan bukanlah jalan yang lurus
dan mudah dilalui di mana kita bisa
bepergian bebas tanpa halangan.
Kehidupan seringkali berupa
jalan-jalan sempit yang menyesatkan,
di mana kita harus mencari jalan,
tersesat dan bingung! Sering rasanya
sampai pada jalan tak berujung.
Namun, jika kita punya keyakinan
Kepada Sang Maha Pemilik Kehidupan,
pintu pasti akan dibukakan untuk
kita. Mungkin bukan pintu yang selalu
kita inginkan, namun pintu yang
akhirnya akan terbukti, terbaik untuk
kita!" - A.J. Cronin

Dear Dadang,

Saat kita menjelang dewasa, hidup
memang tidak selalu indah.
Lihatlah, langit pun tak selalu cerah,
suram malam kadang tak berbintang.
Itulah lukisan alam. Itulah aturan
Tuhan.

Hidup adalah belajar. Belajar untuk
menyelesaikan setiap teka-teki yang
sudah disiapkan oleh-Nya untuk kita.
Yang terpenting adalah, dalam kondisi
apapun, lakukanlah selalu yang
terbaik yang kita bisa.

Seberat apapun masalahmu kawan,
sekelam apapun beban dalam hidupmu,
janganlah engkau berlari, apalagi
sembunyi!

Temuilah Dia dengan lapang dada dan
bersihnya hati. Yakinlah, dengan
KESABARAN, kita akan bisa bertahan
dari segala badai cobaan.

Saat engkau mendapati masalah,
yakinlah, sebenarnya engkau tengah
dipersiapkan-NYA tuk menjadi sosok
yang tegar & berani.

Dadang, Ambisi & Mimpimu Adalah Samudra!

DARI:
Anne Ahira
KEPADA:
Dadang Kadarisman

Sabtu, 4 Agustus 2012 19:38

----------------------------------
Anne Ahira Newsletter
Think & Succeed!
Jumlah Pembaca: 500,000+
----------------------------------

"Aku peringatkan kalian terhadap kata
'nanti', karena kata ini telah banyak
menjebak para pelaku untuk terhalang
dari kebaikan dan menunda-nunda
proses perbaikan diri" - Ulama

Dear Dadang, temanku yang tegar
dan berani...

Kita tidak akan pernah tahu apa yang
akan terjadi di masa depan jika kita
tidak memulainya sekarang dan hanya
menunggu.

Curahkanlah seluruh tenaga dan
pikiran untuk melakukan pekerjaan dan
kesempatan yang bisa dilakukan saat
ini.

Lakukanlah tugas sebaik-baiknya
selama kita memiliki waktu. Jangan
membiarkan waktu berlalu, dan
sia-sia.

Ambisi dan mimpimu adalah samudra.
Meski kadang terjadi pasang surut,
tapi takkan pernah surut airnya.

Oleh sebab itu, bersemangatlah
selalu, meski perkerjaannya sekecil
apapun. Jangan pernah menunda-nunda
apa yang bisa dilakukan hari ini.

Ingatlah, engkau insan manusia yang
luar biasa! Hindari selalu menunggu
motivasi untuk bergerak, tetapi
bergeraklah sekarang juga, dan dirimu
akan termotivasi dengan sendirinya!

Setiap insan manusia dilahirkan luar
biasa. Kita semua sebenarnya diberi
kemampuan dan potensi yang besar dan
hebat.

Oleh sebab itu, kembangkanlah
setiap potensi yang ada semaksimal
mungkin, dan gunakan dengan tepat,
agar bermanfaat bagi sebanyak umat.

Dadang, Kisah Tukang Kayu

DARI:
Anne Ahira
KEPADA:
Dadang Kadarisman
Minggu, 19 Agustus 2012 19:28

----------------------------------
Anne Ahira Newsletter
Think & Succeed!
Jumlah Pembaca: 500,000+
----------------------------------

Dear Dadang,

Seorang tukang bangunan yang sudah
tua berniat untuk pensiun dari
profesi yang sudah ia geluti selama
puluhan tahun.

Ia ingin menikmati masa tua bersama
istri dan anak cucunya. Ia tahu ia
akan kehilangan penghasilan rutinnya
namun bagaimanapun tubuh tuanya butuh
istirahat. Ia pun menyampaikan
rencana tersebut kepada mandornya.

Sang Mandor merasa sedih, sebab ia
akan kehilangan salah satu tukang
kayu terbaiknya, ahli bangunan yang
handal yang ia miliki dalam timnya.
Namun ia juga tidak bisa memaksa.

Sebagai permintaan terakhir sebelum
tukang kayu tua ini berhenti, sang
mandor memintanya untuk sekali lagi
membangun sebuah rumah untuk terakhir
kalinya.

Dengan berat hati si tukang kayu
menyanggupi namun ia berkata karena
ia sudah berniat untuk pensiun maka
ia akan mengerjakannya tidak dengan
segenap hati.

Sang mandor hanya tersenyum dan
berkata, "Kerjakanlah dengan yang
terbaik yang kamu bisa. Kamu bebas
membangun dengan semua bahan terbaik
yang ada."

Tukang kayu lalu memulai pekerjaan
terakhirnya. Ia begitu malas-malasan.
Ia asal-asalan membuat rangka
bangunan, ia malas mencari, maka ia
gunakan bahan-bahan berkualitas
rendah. Sayang sekali, ia memilih
cara yang buruk untuk mengakhiri
karirnya.

Saat rumah itu selesai. Sang mandor
datang untuk memeriksa. Saat sang
mandor memegang daun pintu depan, ia
berbalik dan berkata, "Ini adalah
rumahmu, hadiah dariku untukmu!"

Betapa terkejutnya si tukang kayu. Ia
sangat menyesal. Kalau saja sejak
awal ia tahu bahwa ia sedang
membangun rumahnya, ia akan
mengerjakannya dengan
sungguh-sungguh. Sekarang akibatnya,
ia harus tinggal di rumah yang ia
bangun dengan asal-asalan.

Inilah refleksi hidup kita!

Pikirkanlah kisah si tukang kayu ini.
Anggaplah rumah itu sama dengan
kehidupan Anda. Setiap kali Anda
memalu paku, memasang rangka,
memasang keramik, lakukanlah dengan
segenap hati dan bijaksana.

Sebab kehidupanmu saat ini adalah
akibat dari pilihanmu di masa lalu.
Masa depanmu adalalah hasil dari
keputusanmu saat ini.


////////////////////////////////////////

Dadang

Dadang, Bicarakan Ide - Bukan Gosip!

"Siapapun yang bergosip padamu, akan
bergosip tentang dirimu"- Pepatah Spanyol

Dear Dadang,

Anda pasti pernah mendengar pepatah
ini; bahwa orang-orang besar senang
berbicara tentang ide-ide, sementara
orang biasa-biasa suka berbicara
tentang diri mereka sendiri dan
orang-orang kecil suka berbicara
tentang orang lain.

Itulah gosip. Gosip membuat orang
menjadi kecil. Tidak ada sesuatu yang
bisa ditawarkan dalam gosip. Gosip
hanya mengurangi kredibilitas orang
membicarakan dan yang dibicarakan
serta bisa menghancurkan orang yang
mendengarkan.

Berhenti menyebarkan gosip dan
menjadi penerima gosip. Jika Anda
menghentikan gosip yang diteruskan
hanya sampai pada Anda, Anda akan
memperbaiki kehidupan orang lain dan
diri Anda lebih baik lagi.

Lagipula, orang yang menceritakan
gosip pada kita, biasanya akan
menggosipkan kita juga.

Orang yang memiliki integritas tidak
suka mengumbar omongan tentang orang
lain di belakangnya. Jika memiliki
masalah dengan seseorang, ia lebih
baik mendatangi orang tersebut dan
membicarakan masalahnya, tidak pernah
melalui orang ketiga.

Mereka juga akan memuji orang secara
terbuka dan mengkritik orang secara
pribadi.

Jika Anda adalah orang besar,
berhentilah membicarakan orang lain
dan mari membicarakan ide-ide besar
yang bisa mengubah dunia! :-)

Anne Ahira

Dadang, Bersikap Terbuka & Selalu Tampak Gembira

"Jadilah orang yang gembira. Jangan
memikirkan kegagalan hari ini, tapi
pikirkan sukses yang mungkin datang
di hari esok. Anda bisa jadi
mendapatkan tugas yang sulit, tapi
Anda akan sukses jika tekun dan
gigih, dan merasakan kesenangan dalam
mengatasi hambatan. Ingatlah, tidak
ada hal yang sia-sia untuk meraih
sesuatu yang indah" - Helen Keller

Dear Dadang, temanku yang sangat
perhatian...

Perilaku dan kebiasaan yang kita
tunjukkan sehari-hari akan menentukan
ke mana kita akan berada nantinya.

Orang yang selalu tertutup dan tidak
pernah merasa gembira dalam hidupnya,
maka ia adalah orang yang paling
malang.

Bukanlah mobil mewah, uang banyak,
jabatan tinggi dan kecantikan yang
membuat seseorang bahagia.

Kebahagiaan, kegembiraan dan
keceriaan, semua itu datang dari
dalam diri, dan hati kita
masing-masing.

Bersikap terbukalah pada orang lain,
maka mereka akan lebih menghargai
kita. Berpikirlah selalu positif,
maka itu akan membuat kita menjadi
lebih rileks dan jauh dari khawatir.

Tebarkan senyuman, dan ramah pada
setiap orang, itu akan mencerminkan
pribadi yang kita miliki.

Dadang yang ranum hatinya, tidak
pernah salah jika engkau ingin
menjadi pribadi yang menyenangkan dan
selalu tampak gembira. :-)

Semoga Allah selalu memberikan
kebahagiaan untuk Dadang!

Salam hangat dari sahabatmu,
Anne Ahira

Dadang, Seperti Apa Anda Mengukir Sejarah?

DARI:
Anne Ahira
KEPADA:
Dadang Kadarisman
Pesan berbendera
Selasa, 14 Agustus 2012 20:17

----------------------------------
Anne Ahira Newsletter
Think & Succeed!
Jumlah Pembaca: 500,000+
----------------------------------

Dear Dadang,

Mati adalah awal kehidupan. Hidup
adalah pangkal kematian. Hidup dan
mati, datang silih berganti, tidak
ada yang kekal abadi. Itulah hukum
alam yang hakiki. Oleh sebab itu,
jangan takut mati, jangan mencari mati.

Selama hidup, lebih baik bersegeralah
perbanyak kebaikan, syukuri diri
dalam keadaan apapun, dan tahu diri
di manapun. Bebas, lepas, tidak
terikat dan melekat, cerah ceria,
berpikir optimis dan positif setiap
saat, insyaallah hidup senang, mati
tenang. :-)

////////////////////////////////////////

Kisah Nyata...
Pagi itu seorang pria menjalani
rutinitasnya seperti biasa. Sebagai
seseorang yang mempunyai relasi luas
dan sibuk, ia selalu menyempatkan
diri untuk membaca kolom pengumuman
termasuk juga kolom berita kematian.

Tiba-tiba matanya membaca sebuah
berita, berita yang sangat
mengejutkan dan membuat bulu kuduknya
merinding. Ia sedang membaca berita
kematiannya sendiri.

Pria ini terhenyak, ia lalu bertanya
kepada dirinya sendiri, apakah ia
masih hidup? Apakah saat ini ia ada
di dunia atau di alam baka?

Saat ia menyadari bahwa ada sebuah
kesalahan dalam berita ini, mungkin
karena memiliki nama yang sama,
pastilah redaksi koran ini telah
melakukan kesalahan.

Namun karena rasa penasaran ia pun
melanjutkan membaca berita tersebut.
Ia ingin tahu apa tanggapan orang
mengenai dirinya.

Dalam artikel itu ia disebut dengan
panggilan 'raja dinamit' telah wafat.
Pada bagian lain ia juga disebut
sebagai 'partner dewa kematian'.

Ia terkejut bukan kepalang, apakah
seperti ini dirinya akan dikenang
oleh orang-orang?

Kejadian ini membuka pikirannya, ia
lalu memutuskan bahwa ia tidak ingin
dikenang seperti itu. Ia bertekad
mulai saat itu juga ia akan berjuang
demi kedamaian dan kemanusiaan.

Begitulah akhirnya, pria yang bernama
Alfred Nobel ini dengan tekadnya ia
berusaha hingga pada akhirnya namanya
diabadikan dalam hadiah
perdamaian--yaitu Nobel Prizes.

Bagaimana dengan Anda? Seperti apa
Anda ingin dikenang oleh orang-orang
yang Anda tinggalkan? Warisan apa
yang akan Anda sumbangsihkan demi
mashlahat umat banyak? Apakah
orang-orang akan mengingat Anda
dengan penuh cinta dan rasa hormat?

Mari kita bersegera lakukan sebanyak
kebaikan, mulai hari ini, detik ini,
saat ini juga.

Salam hangat dari temanmu,
Ahira